Inspirasi dalam sebuah artikel singkat

TEAM 7 OFFICIAL

Rabu, 07 Desember 2016

SONY DIRETAS?


JAKARTA - Seorang hacker  berhasil  menyusup  ke  jaringan  komputer Sony  Pictures Entertainment, menurut "reopan" yang berhasil kami kutip, Para  penyerang  mencuri dokumen rahasia  dalam  jumlah  yang  sangat  besar,  dimana  saat  ini  dapat  di  download (utamanya oleh para jurnalis) dari jaringan penyedia jasa file sharing. Sejak saat itu, para jurnalis telah meneliti file­file tersebut demi mencari berita yang menarik.
Hacker  tersebut  dipercaya  secara  luas  di  dukung  oleh  pemerintah  Korea  Utara,  yang sangat geram dengan diproduksinya film The Interview,  sebuah film  yang menceritakan rencana  pembunuhan  terhadap  pemimpin  Korea  Utara  Kim  Jong  Un. Pada  hari  rabu, ancaman  teror  kepada  bioskop  yang  akan  menayangkan  film  tersebut  menyebabkan Sony membatalkan rencana perilisan pada Hari Natal.

Apa Yang Terjadi Pada Sony?

Ketika  karyawan  Sony  Picture  tiba  di  kantor  pada  hari  Senin,  24  November,  mereka mengetahui bahwa jaringan perusahaan mereka telah diretas. Para penyerang mencuri beberapa  terabyte data  pribadi,  menghapus  salinan  asli  dari  komputer­komputer  Sony dan  meninggalkan  pesan  yang  memberitahukan  informasi  ancaman  jika  Sony  tidak memenuhi tuntutan para penyerang.
Jaringan  komputer  Sony  tidak  bisa  digunakan  selama  beberapa  hari,  sementara  para administrator berjuang memperbaiki kerusakan yang terjadi. Para staff dilaporkan dipaksa untuk bekerja menggunakan papan tulis untuk mengerjakan pekerjaan mereka.
Namun  kerusakan yang  lebih  besar  datang  dari  informasi  rahasia  yang  bocor  kepada masyarakat  umum.  Hacker  memposting  lima  film  Sony  melalui  koneksi  jaringan  filesharing. Dan mereka juga membocorkan ribuan dokumen rahasia – semuanya dari suratsurat koresponden rahasia mengenai gaji dari para eksekutif Sony dan data performance para  karyawan.
Dokumen  tersebut  sudah  diproteksi  dengan  password  dan  siapapun  di belakang  peretasan  tersebut  menyediakan  password  hanya  kepada  para  jurnalis.  Tapi tampaknya hanya masalah waktu saja sebelum mereka membeberkannya kepada dunia luas. Sebagai  seorang  reporter  yang  telah  mempelajari  dokumen  tersebut  secara  teliti,  kami sampai ke arah yang stabil mengenai sebagian kecil cakupan potensi dalam proyek film (seperti penyimpangan film Spider Man), konflik antara eksekutif Sony dengan selebritis Hollywood (salah  satu  eksekutif  disebut  aktor Kevin  Hart  sebagai  pelacur)  dan  praktek manajemen perusahaan (16 dari 17 eksekutif dengan gaji terbesar adalah pria).
Beberapa Orang Menuduh Korea Utara Sebagai Dalang Penyerangan. Apakah Benar Mereka Yang Bertanggung Jawab?
Kami  tidak  mengetahui  secara  pasti,  namun  hal  tersebut  semakin  menunjukan  bahwa Korea  Utara  berada  di  belakang  penyerangan  tersebut.  Pada  hari  Rabu,  berbagai organisasi  media  melaporkan  bahwa  pemerintah Amerika Serikat  menyimpulkan  bahwa rezim tersebut yang bertanggung jawab pada kasus peretasan Sony.
Dan ditemukan beberapa bukti terperinci penyerangan yang terkait dengan Korea Utara. Analisis forensik menemukan metode  yang digunakan memiliki  kesamaan dengan  yang digunakan  pada  penyerangan  2013  terhadap  perusahaan­perusahaan  Korea  Utara. Beberapa ahli dalam bidang keamanan menduga penyerangan itu dilakukan oleh Korea Utara dan beroperasi dari Cina.
Negara penyendiri itu begitu geram kepada Sony karena akan merilis film The Interview, sebuah  film  komedi  dimana Seth  Rogen  dan  James  Franco  berperan  sebagai  karakter yang mencoba melakukan pembunuhan kepada pemimin Korea Utara Kim Jong Un. Sebuah  pesan  yang  diclaim  berasal  dari  hacker  menuntut  Sony  untuk  “segera menghentikan penanyangan film teroris yang dapat memecah kedamaian suatu wilayah dan  menjadi  penyebab  perang.” Para  hacker  mengancam  akan  melancarkan  serangan yang  mirip  dengan  peristiwa  9/11  kepada  bioskop  Amerika  yang  menanyangkan  film tersebut.
Apakah Ancaman Teror Berhasil Memaksa Sony Untuk Tidak Menayangkan Film?
Ya itu berhasil. Penyedia Bioskop menjadi gelisah tentang kemungkinan para penyerang –  siapapun  mereka  –  akan  menjalankan  ancaman  tersebut.  Atau  mungkin,  ketakutan terhadap terorisme akan menjauhkan penikmat film dari bioskop. Di lain tempat, beberapa bioskop juga meminta ijin dari Sony untuk menghilangkan film tersebut dari daftar urutan.
Di  hari  Selasa  Sony  mulai  melunak,  dan  beberapa  bioskop  secara  cepat  berantai mengumumkan bahwa mereka tidak akan menanyangkan The Interview pada tanggal 25 Desember.  Kemudian  di  hari  Rabu,  Sony  mengumumkan  film  tersebut  ditunda perilisannya  secara  keseluruhan,  mengutip  sikap  penyedia  bioskop  yang  berpengaruh terhadap  keputusan  yang  mereka  ambil.  Pada  point  ini,  tampaknya  film  tersebut  sama sekali tidak akan jadi dirilis.
Apa Yang Dapat Kita Pelajari Dari Kasus Kebocoran Dokumen Sony?
Utamanya,  kita  belajar  bahwa  menjalankan  perusahaan  skala  besar  terlihat  seperti  hal yang  membosankan.  Banyak  dokumen­dokumen  berfokus  kepada  rutinitas  aktifitas bisnis,  seperti  suatu  perusahaan  yang  berupaya  tanpa  akhir  untuk  menghasilkan pendapatan  dari  koleksi  film  lama  dengan  jumlah  sangat  besar.  Contohnya  seperti  film yang  tidak  dapat  dilupakan  pada  tahun  2001  yaitu  Saving  Silverman (http://www.google.com/url? q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FSaving_Silverman&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNH6Mq9tnf7aKh4p7K0Rknu5­ _0QBw). Kita  telah  belajar  bahwa  Sony  kadang kadang  membayar  tinggi  seorang  aktor  pria dibandingkan  dengan  aktor  wanita  untuk  tampil  dengan  pekerjaan  yang  sama. 
 Dari  17 eksekutif  Sony  yang  dibayar  lebih  dari  satu  juta  dolar,  hanya  satu  dari  mereka  –  Co Chairman  Amy  Pascal (http://www.google.com/url? q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FAmy_Pascal&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNGWhIDrUgfpdqehZSr5f1eiuCurlQ) –  adalah seorang  wanita.  Dalam  email  korespondensi  juga  diketahui  agar  Jennifer Lawrence (http://www.google.com/url? q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FJennifer_Lawrence&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNEkngUTPmlfeHI_e1QUujmozSCWg) dibayar lebih murah dibandingkan dengan rekan aktor pria untuk perannya dalam film American Hustle. Dokumen  pembongkaran/penelusuran  dari  The  Verge (http://www.google.com/url? q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FThe_Verge&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNG0lb8iVWV9KoXavAGN0ZvuY4j_Qg) membeberkan  suatu  usaha  dari  studio  film  Hollywood  untuk  menyerang  agenda  lobi Google, perusahaan industri film menyebutnya “Goliath”. 
Sony dan  kompetitornya  kesal karena  Google  tidak  pernah  berhenti  membuka  paksa  dan  melanggar  konten  yang terkandung  dalam  hasil  pencariannya.  Dan  hal  itu  telah  dilobikan  oleh  perusahaan tersebut  untuk  menentang  proposal  seperti  pada  tahun  2012  mengenai  Stop  Online Piracy Act yang mengeluhkan perlindungan hak cipta.
Kebocoran dokumen itu juga mengungkapkan informasi langka tentang keuntungan dari film­film  Sony.  Biasanya,  tingkat  keuntungan  film­film  Hollywood  diperlakukan  sebagai rahasia yang dijaga dengan ketat. Namun reporter Hollywood menggali informasi dalam dokumen  perusahaan  Sony  dan  menemukan  detail  dari  film  tahun  2013  mana  yang merugi setelah semua pendapatan masuk ke dalam rekening.
Selain itu kebocoran ini juga mendatangkan berbagai macam isu dari pabrik gosip. Salah satu  eksekutif  menyebut Angelina  Jolie  seorang  aktor  dengan  sedikit  talenta.  Lainnya menggambarkan  aktor  Kevin  Hart  sebagai  “pelacur”.  Beberapa  karyawan  Sony mengkritisi  “formulasi”  film  Adam  Sandler (http://www.google.com/url? q=http%3A%2F%2Fgawker.com%2Fsony­hack­reveals­25­page­list­of­reasons­it­sucksto­w­1666264634&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNFJFdnjn4y6hHtOPMntIXHCrXSoVg) yang dibuat oleh perusahaan.
Beberapa  pengungkapan  tersebut  jelas  memalukan  bagi  individu  yang  terlibat.  Namun tampaknya  hal  itu  tidak  terlalu  banyak  membuktikan  tentang  perusahaan  secara keseluruhan.  Barangkali,  tumpukan  dokumen  dari  studio  lain  juga  mengungkapkan  hal sejenis tentang bagaimana pembicaraan kasar dari para eksekutif­nya dan ketidakpuasan dari level bawah.
Apakah Etis Bagi Jurnalis Untuk Menggali Informasi Dari Dokumen Hasil Pencurian Dan Mempublikasikan Dalam Konten Mereka?
Orang­orang tidak setuju tentang hal ini. Kasus peretasan Sony jelas adalah perbuatan yang ilegal dan tidak etis. Beberapa orang berdebat  dengan  fokus  pada  pembeberan  hasil  isi  dari  dokumen­dokumen,  mereka diuntungkan dari – atau mungkin dibantu – usaha para hacker untuk memojokkan Sony. Di  bulan  Desember  pada  edisi  pembuka  The  New  York  Times,  penulis  naskah Aaron Sorkin  mengkritik  media  yang  melanjutkan  pekerjaan  kotor  para  hacker  untuk  mereka juga.
 Selain itu dapat dicatat bahwa sekali dokumen­dokumen tersebut diposting secara online, diibaratkan  seperti  jin  yang  telah  keluar  dari  botolnya.  Setiap  organisasi  berita  yang menolak melaporkan isi atau konten mereka hanya merupakan penundaan dari sesuatu yang tidak dapat terelakkan.
Terlebih,  banyak  jurnalis  terlibat  dalam  mengungkap  rahasia  tentang  orang­orang berpengaruh  atau institusi  yang  mencoba  menjaganya  agar  tetap  tidak  diketahui. Seringkali  orang  yang  terlibat  mendapatkan  sumber,  membagikan  informasi  dimana mereka  sendiri  bukan  orang  yang mendapat  otorisasi  untuk  membagikan  informasi tersebut.  Dan  dalam  beberapa  pengungkapan  rahasia  Sony  –  seperti  hal­hal  yang berkaitan dengan masalah gender yang tidak seimbang dalam kompensasi bagi eksekutif dan perang Hollywood terhadap Google – memiliki nilai berita yang asli.
Pada  akhirnya  kemudian,  pertanyaannya  adalah  kurang  lebih  tentang  apakah  lebih melaporkan  dokumen­dokumen  tersebut  dibandingkan  dengan  seberapa  banyak  yang perlu  dilaporkan.  Beberapa  informasi  seperti  nomor  keamanan  sosial  karyawan  Sony, adalah jelas sudah diluar batas. Namun sebagian besar organisasi berita menyimpulkan setidaknya beberapa pengungkapan rahasia Sony adalah permainan yang adil bagi para reporter
Apakah  Legal  Bagi  Organisasi  Media  Menggunakan  Dokumen  Hasil  Pencurian Dalam Laporan Mereka?
Sebuah  surat  tegas  pada  14  Desember,  Sony  mendesak  para  organisasi  media  agar berhenti melaporkan dokumen  yang bocor dan menghapus  setiap  salinan  yang mereka miliki.
Namun  secara  resmi,  Sony  mungkin  tidak  dapat  memaksa  organisasi  media  agar memenuhi tuntutan tersebut. Ketetapan di tahun 2001, Mahkamah Agung mengeluarkan peraturan  dimana  sebuah  stasiun  radio  tidak  bertanggung  jawab  terhadap  penyiaran konten  berita  audio  hasil  rekaman  –  walaupun  jika  rekaman  nyatanya  dibuat  dengan melanggar  Hukum  Penyadapan.  Prinsip  yang  sama  juga  berlaku  pada  dokumen  yang bocor. Sepanjang suatu organisasi tidak ikut terlibat dalam penyerangan terhadap Sony, maka  media  memiliki  hak  “First  Amendment (http://en.wikipedia.org/wiki/First_Amendment_to_the_United_States_Constitution)”  untuk melaporkan informasi berita yang valid yang ditemukan dalam suatu dokumen.
Apakah Sony Memiliki Masalah Keamanan Dalam Sistem Komputernya?
Pada utamanya, ini bukanlah pertama kali Sony dijadikan target penyerangan oleh hacker dan ini mungkin bukan insiden yang paling parah.
Di  tahun  2011,  jaringan  Sony  PlayStation  telah  diserang  oleh  hacker  yang  mencuri informasi pribadi dari jutaan gamer PlayStation dan menyebabkan jaringan mati selama beberapa  minggu.  Penyerangan  ini  didasari  oleh  kemarahan  terhadap  tuntutan  hukum Sony  kepada  hacker  Amerika  yang  berusaha  membalikan  –  sistem  kerja  dalam Playstation  3  agar  pengguna  dapat  memainkan  game  pihak  ketiga  yang  belum  lolos otorisasi dari Sony.
 Berbagai  kritik  telah  diungkapkan  mengenai  bagaimana  Sony  mengambil  pendekatan keliru  terhadap  keamanan  online.  Mereka  menunjukkan  contoh,  dimana  perusahaan memberhentikan  dua  karyawan  keamanan  komputer  beberapa  minggu  sebelum penyerangan 2011.
 Dan  seorang ahli  keamanan internet Chester Wisniewski mengatakan  kepada Gizmodo bahwa  usaha  para  hacker  di  tahun  2011  dibuat  lebih  mudah  oleh  respon  penanganan yang lambat dan datar dalam sistem Sony. Mereka mengeksploitasi kelemahan dari salah satu kantor Sony, kemudian menggunakan metode penyerangan yang sama dengan yang dilakukan  di  berbagai  belahan  dunia  yang  lain.  “Para  penjahat  dapat  melakukan penyerangan  yang  sama  karena  Sony  Picture  belum  mengambil  langkah  untuk memperbaiki masalah tersebut,” kata Wisniewski
Penyerangan  bulan  terakhir  kemarin  memberitahukan  dengan  jelas  bahwa Sony  masih belum sepenuhnya mengamankan jaringannya. Namun sulit untuk mengetahui apakah ini berarti bahwa Sony secara khusus memiliki kelemahan pada pelaksanaan keamanan di jaringannya  –  atau  ini  hanya  terjadi  karena  favorit  target  penyerangan  para  hacker. Mempererat  jaringan  korporat  yang  sebesar  Sony  adalah  pekerjaan  yang  sangat  sulit. Dan  walaupun  sebuah  perusahaan  mengambil  langkah  pencegahan  masih  akan  ada kelemahan yang ditemukan dengan determinasi yang cukup dan hacker yang bertalenta.
Apa Pelajaran Yang Dapat Kita Ambil Dari Peretasan Sony ?
Pertama  dan  paling  utama,  banyak  perusahaan  seharusnya  lebih  berinvestasi  dalam keamanan  jaringan.  Perusahaan  seperti  Sony  cenderung  kurang  berinvestasi  dalam mengamankan  jaringan  mereka  karena  terlihat  seperti  pengeluaran  yang  kurang dibutuhkan  sampai  bencana  menghantam.  Memperbaiki  kekacauan  dari  penyerangan kemarin akan membuat Sony mengeluarkan jutaan dolar uang. Semoga saja hal ini akan menjadi inspirasi bagi perusahaan­perusahaan besar lain untuk merekrut tambahan ahli keamanan komputer.
Kedua,  perusahaan  harus  memastikan  mereka  sudah  bersiap  dengan  baik  dalam menghadapi  penyerangan  yang  mungkin  terjadi.  Sebagai  contoh,  membuat  backup secara  teratur  yang  memungkinkan  perusahaan  merecovery  data  jika  terjadi kemungkinan hacker menghapus data­data penting. Dan  terakhir,  eksekutif  korporat  harus  menanamkan  dalam  pikiran mereka  bahwa keputusan mereka mungkin secara tidak disangka akan dapat terekspos pada suatu hari nanti. Jika anda adalah seorang eksekutif senior dalam suatu perusahaan besar, adalah ide  yang  bagus  untuk  menghindari  mengirimkan  email  yang  terlalu  memalukan  atau mengandung isi neraca pembayaran gaji yang memalukan yang berat sebelah.
Apa Yang Akan Terjadi Nanti?
FBI  masih  dalam  proses  investigasi.  Pada  masa  lalu,  para  pelaku  kejahatan  dari serangan besar selalu berhasil ditangkap.
Sementara itu, para jurnalis akan tetap melanjutkan penelusuran detail dalam dokumen hasil kebocoran. Informasi dengan jumlah yang besar telah dirilis dan kebanyakan tidak dianalisa  dengan  cermat.  Mungkin  akan  ada  lebih  banyak  data  yang  datang  di  masa mendatang. Kita tidak mengetahui jika point penting yang terkandung masih tersembunyi dalam tumpukan jerami data.
Sumber : http://www.reopan.com/kasus-hack-peretasan-sony-dan-dampaknya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments system