JAKARTA - Seorang hacker berhasil menyusup ke jaringan komputer Sony Pictures Entertainment, menurut "reopan" yang berhasil kami kutip, Para penyerang mencuri dokumen rahasia dalam jumlah yang sangat besar, dimana saat ini dapat di download (utamanya oleh para jurnalis) dari jaringan penyedia jasa file sharing. Sejak saat itu, para jurnalis telah meneliti filefile tersebut demi mencari berita yang menarik.
Hacker tersebut dipercaya secara
luas di dukung oleh pemerintah Korea
Utara, yang sangat geram dengan diproduksinya film The Interview,
sebuah film yang menceritakan rencana pembunuhan
terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Pada hari rabu, ancaman teror kepada
bioskop yang akan menayangkan film tersebut
menyebabkan Sony membatalkan rencana perilisan pada Hari Natal.
Apa Yang Terjadi Pada Sony?
Ketika karyawan Sony Picture
tiba di kantor pada hari Senin, 24
November, mereka
mengetahui bahwa jaringan perusahaan mereka telah diretas. Para penyerang mencuri
beberapa terabyte data pribadi, menghapus salinan
asli dari komputerkomputer Sony dan meninggalkan
pesan yang memberitahukan informasi ancaman
jika Sony tidak memenuhi tuntutan para penyerang.
Jaringan komputer Sony tidak
bisa digunakan selama beberapa hari,
sementara para
administrator berjuang memperbaiki kerusakan yang terjadi. Para staff dilaporkan dipaksa
untuk bekerja menggunakan papan tulis untuk mengerjakan pekerjaan mereka.
Namun kerusakan yang lebih besar
datang dari informasi rahasia yang bocor
kepada masyarakat umum. Hacker memposting lima
film Sony melalui koneksi jaringan filesharing.
Dan mereka juga membocorkan ribuan dokumen rahasia – semuanya dari suratsurat
koresponden
rahasia mengenai gaji dari para eksekutif Sony dan data performance
para karyawan.
Dokumen tersebut sudah diproteksi
dengan password dan siapapun di belakang
peretasan tersebut menyediakan password hanya
kepada para jurnalis. Tapi
tampaknya hanya masalah waktu saja sebelum mereka membeberkannya kepada dunia
luas. Sebagai seorang reporter yang telah
mempelajari dokumen tersebut secara teliti, kami
sampai ke arah yang stabil mengenai sebagian kecil cakupan potensi dalam proyek film
(seperti penyimpangan film Spider Man), konflik antara eksekutif Sony dengan selebritis
Hollywood (salah satu eksekutif disebut
aktor Kevin Hart sebagai pelacur) dan
praktek
manajemen perusahaan (16 dari 17 eksekutif dengan gaji terbesar adalah pria).
Beberapa Orang Menuduh Korea Utara Sebagai Dalang Penyerangan.
Apakah Benar Mereka Yang Bertanggung Jawab?
Kami tidak mengetahui secara
pasti, namun hal tersebut semakin
menunjukan bahwa Korea Utara berada di
belakang penyerangan tersebut. Pada hari
Rabu, berbagai organisasi media melaporkan bahwa
pemerintah Amerika Serikat menyimpulkan bahwa
rezim tersebut yang bertanggung jawab pada kasus peretasan Sony.
Dan ditemukan beberapa bukti terperinci penyerangan yang terkait dengan Korea Utara.
Analisis forensik menemukan metode
yang digunakan memiliki kesamaan dengan yang
digunakan pada penyerangan 2013 terhadap
perusahaanperusahaan Korea Utara.
Beberapa ahli dalam bidang keamanan menduga penyerangan itu dilakukan oleh Korea
Utara dan beroperasi dari Cina.
Negara penyendiri itu begitu geram kepada Sony karena akan merilis film The Interview,
sebuah film komedi dimana Seth Rogen
dan James Franco berperan sebagai karakter
yang mencoba melakukan pembunuhan kepada pemimin Korea Utara Kim Jong Un.
Sebuah pesan yang diclaim berasal dari
hacker menuntut Sony untuk “segera
menghentikan penanyangan film teroris yang dapat memecah kedamaian suatu wilayah
dan menjadi penyebab perang.” Para hacker
mengancam akan melancarkan serangan yang mirip
dengan peristiwa 9/11 kepada bioskop
Amerika yang menanyangkan film tersebut.
Apakah Ancaman Teror Berhasil Memaksa Sony Untuk Tidak Menayangkan Film?
Ya itu berhasil. Penyedia Bioskop menjadi gelisah tentang kemungkinan para penyerang
– siapapun mereka – akan menjalankan
ancaman tersebut. Atau mungkin, ketakutan
terhadap terorisme akan menjauhkan penikmat film dari bioskop. Di lain tempat, beberapa
bioskop juga meminta ijin dari Sony untuk menghilangkan film tersebut dari daftar urutan.
Di hari Selasa Sony mulai
melunak, dan beberapa bioskop secara cepat
berantai mengumumkan bahwa mereka tidak
akan menanyangkan The Interview pada tanggal 25
Desember. Kemudian di hari Rabu, Sony
mengumumkan film tersebut ditunda perilisannya
secara keseluruhan, mengutip sikap penyedia
bioskop yang berpengaruh terhadap keputusan yang
mereka ambil. Pada point ini, tampaknya
film tersebut sama
sekali tidak akan jadi dirilis.
Apa Yang Dapat Kita Pelajari Dari Kasus Kebocoran Dokumen Sony?
Utamanya, kita belajar bahwa
menjalankan perusahaan skala besar terlihat
seperti hal yang membosankan. Banyak dokumendokumen
berfokus kepada rutinitas aktifitas bisnis,
seperti suatu perusahaan yang berupaya
tanpa akhir untuk menghasilkan pendapatan dari
koleksi film lama dengan jumlah sangat
besar. Contohnya seperti film yang tidak
dapat dilupakan pada tahun 2001 yaitu
Saving Silverman (http://www.google.com/url?
q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FSaving_Silverman&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNH6Mq9tnf7aKh4p7K0Rknu5
_0QBw). Kita telah belajar bahwa Sony kadang kadang
membayar tinggi seorang aktor pria dibandingkan
dengan aktor wanita untuk tampil dengan
pekerjaan yang sama.
Dari 17
eksekutif Sony yang dibayar lebih dari
satu juta dolar, hanya satu dari
mereka – Co Chairman Amy Pascal
(http://www.google.com/url?
q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FAmy_Pascal&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNGWhIDrUgfpdqehZSr5f1eiuCurlQ)
– adalah seorang wanita. Dalam email
korespondensi juga diketahui agar Jennifer Lawrence
(http://www.google.com/url?
q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FJennifer_Lawrence&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNEkngUTPmlfeHI_e1QUujmozSCWg)
dibayar lebih murah dibandingkan dengan rekan aktor pria untuk perannya
dalam film American Hustle. Dokumen
pembongkaran/penelusuran dari The Verge
(http://www.google.com/url?
q=http%3A%2F%2Fen.wikipedia.org%2Fwiki%2FThe_Verge&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNG0lb8iVWV9KoXavAGN0ZvuY4j_Qg)
membeberkan suatu usaha dari studio film
Hollywood untuk menyerang agenda lobi
Google, perusahaan industri film menyebutnya “Goliath”.
Sony dan kompetitornya kesal karena
Google tidak pernah berhenti membuka paksa
dan melanggar konten yang terkandung dalam
hasil pencariannya. Dan hal itu telah
dilobikan oleh perusahaan tersebut untuk
menentang proposal seperti pada tahun 2012
mengenai Stop Online
Piracy Act yang mengeluhkan perlindungan hak cipta.
Kebocoran dokumen itu juga mengungkapkan informasi langka tentang keuntungan dari
filmfilm Sony. Biasanya, tingkat keuntungan filmfilm
Hollywood diperlakukan sebagai
rahasia yang dijaga dengan ketat. Namun reporter Hollywood menggali informasi dalam
dokumen perusahaan Sony dan menemukan
detail dari film tahun 2013 mana yang
merugi setelah semua pendapatan masuk ke dalam rekening.
Selain itu
kebocoran ini juga mendatangkan berbagai macam isu dari pabrik gosip. Salah
satu eksekutif menyebut Angelina Jolie
seorang aktor dengan sedikit talenta. Lainnya
menggambarkan aktor Kevin Hart sebagai “pelacur”.
Beberapa karyawan Sony mengkritisi “formulasi”
film Adam Sandler (http://www.google.com/url?
q=http%3A%2F%2Fgawker.com%2Fsonyhackreveals25pagelistofreasonsitsuckstow1666264634&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNFJFdnjn4y6hHtOPMntIXHCrXSoVg)
yang dibuat oleh perusahaan.
Beberapa pengungkapan tersebut jelas
memalukan bagi individu yang terlibat. Namun
tampaknya hal itu tidak terlalu banyak
membuktikan tentang perusahaan secara keseluruhan.
Barangkali, tumpukan dokumen dari studio
lain juga mengungkapkan hal
sejenis tentang bagaimana pembicaraan kasar dari para eksekutifnya dan ketidakpuasan
dari level bawah.
Apakah Etis Bagi Jurnalis Untuk Menggali Informasi Dari Dokumen Hasil Pencurian
Dan Mempublikasikan Dalam Konten Mereka?
Orangorang tidak setuju tentang hal ini.
Kasus peretasan Sony jelas adalah perbuatan yang ilegal dan tidak etis. Beberapa orang
berdebat dengan fokus pada pembeberan hasil
isi dari dokumendokumen, mereka
diuntungkan dari – atau mungkin dibantu – usaha para hacker untuk memojokkan Sony.
Di bulan Desember pada edisi pembuka
The New York Times, penulis naskah Aaron
Sorkin mengkritik media yang melanjutkan
pekerjaan kotor para hacker untuk mereka juga.
Selain itu
dapat dicatat bahwa sekali dokumendokumen tersebut diposting secara online,
diibaratkan seperti jin yang telah keluar
dari botolnya. Setiap organisasi berita yang
menolak melaporkan isi atau konten mereka hanya merupakan penundaan dari sesuatu
yang tidak dapat terelakkan.
Terlebih, banyak jurnalis terlibat
dalam mengungkap rahasia tentang orangorang
berpengaruh atau institusi yang mencoba
menjaganya agar tetap tidak diketahui. Seringkali
orang yang terlibat mendapatkan sumber,
membagikan informasi dimana mereka sendiri bukan
orang yang mendapat otorisasi untuk membagikan
informasi tersebut. Dan dalam beberapa
pengungkapan rahasia Sony – seperti halhal
yang berkaitan dengan masalah gender yang tidak seimbang dalam kompensasi bagi eksekutif
dan perang Hollywood terhadap Google – memiliki nilai berita yang asli.
Pada akhirnya kemudian,
pertanyaannya adalah kurang lebih tentang
apakah lebih melaporkan dokumendokumen tersebut
dibandingkan dengan seberapa banyak yang perlu
dilaporkan. Beberapa informasi seperti nomor
keamanan sosial karyawan Sony,
adalah jelas sudah diluar batas. Namun sebagian besar organisasi berita menyimpulkan
setidaknya beberapa pengungkapan rahasia Sony adalah permainan yang adil bagi para
reporter
Apakah
Legal Bagi Organisasi Media Menggunakan
Dokumen Hasil Pencurian Dalam Laporan Mereka?
Sebuah surat tegas pada 14
Desember, Sony mendesak para organisasi
media agar berhenti melaporkan dokumen
yang bocor dan menghapus setiap salinan
yang mereka miliki.
Namun secara resmi, Sony
mungkin tidak dapat memaksa organisasi
media agar
memenuhi tuntutan tersebut. Ketetapan di tahun 2001, Mahkamah Agung mengeluarkan
peraturan dimana sebuah stasiun radio tidak
bertanggung jawab terhadap penyiaran konten
berita audio hasil rekaman – walaupun
jika rekaman nyatanya dibuat dengan melanggar
Hukum Penyadapan. Prinsip yang sama juga
berlaku pada dokumen yang
bocor. Sepanjang suatu organisasi tidak ikut terlibat dalam penyerangan terhadap Sony,
maka media memiliki hak “First Amendment
(http://en.wikipedia.org/wiki/First_Amendment_to_the_United_States_Constitution)”
untuk melaporkan informasi berita yang valid yang ditemukan dalam suatu dokumen.
Apakah Sony Memiliki Masalah Keamanan Dalam Sistem Komputernya?
Pada utamanya, ini bukanlah pertama kali Sony dijadikan target penyerangan oleh hacker
dan ini mungkin bukan insiden yang paling parah.
Di tahun 2011, jaringan Sony
PlayStation telah diserang oleh hacker yang
mencuri
informasi pribadi dari jutaan gamer PlayStation dan menyebabkan jaringan mati selama
beberapa minggu. Penyerangan ini didasari
oleh kemarahan terhadap tuntutan hukum Sony
kepada hacker Amerika yang berusaha
membalikan – sistem kerja dalam Playstation
3 agar pengguna dapat memainkan game pihak
ketiga yang belum lolos otorisasi dari Sony.
Berbagai
kritik telah diungkapkan mengenai bagaimana
Sony mengambil pendekatan keliru terhadap
keamanan online. Mereka menunjukkan contoh,
dimana perusahaan memberhentikan dua karyawan
keamanan komputer beberapa minggu sebelum
penyerangan 2011.
Dan
seorang ahli keamanan internet Chester Wisniewski mengatakan
kepada Gizmodo bahwa usaha para hacker di
tahun 2011 dibuat lebih mudah oleh
respon penanganan yang lambat dan datar dalam sistem Sony. Mereka mengeksploitasi kelemahan dari salah
satu kantor Sony, kemudian menggunakan metode penyerangan yang sama dengan yang
dilakukan di berbagai belahan dunia yang
lain. “Para penjahat dapat melakukan penyerangan
yang sama karena Sony Picture belum
mengambil langkah untuk
memperbaiki masalah tersebut,” kata Wisniewski
Penyerangan bulan terakhir kemarin
memberitahukan dengan jelas bahwa Sony masih
belum sepenuhnya mengamankan jaringannya. Namun sulit untuk mengetahui apakah ini
berarti bahwa Sony secara khusus memiliki kelemahan pada pelaksanaan keamanan di
jaringannya – atau ini hanya terjadi
karena favorit target penyerangan para hacker.
Mempererat jaringan korporat yang sebesar
Sony adalah pekerjaan yang sangat sulit.
Dan walaupun sebuah perusahaan mengambil
langkah pencegahan masih akan ada
kelemahan yang ditemukan dengan determinasi yang cukup dan hacker yang bertalenta.
Apa Pelajaran Yang Dapat Kita Ambil Dari Peretasan Sony ?
Pertama dan paling utama,
banyak perusahaan seharusnya lebih berinvestasi
dalam keamanan jaringan. Perusahaan seperti Sony
cenderung kurang berinvestasi dalam mengamankan
jaringan mereka karena terlihat seperti
pengeluaran yang kurang dibutuhkan sampai bencana
menghantam. Memperbaiki kekacauan dari penyerangan
kemarin akan membuat Sony mengeluarkan jutaan dolar uang. Semoga saja hal ini akan
menjadi inspirasi bagi perusahaanperusahaan besar lain untuk merekrut tambahan ahli
keamanan komputer.
Kedua, perusahaan harus memastikan
mereka sudah bersiap dengan baik dalam
menghadapi penyerangan yang mungkin terjadi.
Sebagai contoh, membuat backup secara teratur
yang memungkinkan perusahaan merecovery data
jika terjadi kemungkinan hacker menghapus datadata penting.
Dan terakhir, eksekutif korporat harus
menanamkan dalam pikiran mereka bahwa
keputusan mereka mungkin secara tidak disangka akan dapat terekspos pada suatu hari
nanti. Jika anda adalah seorang eksekutif senior dalam suatu perusahaan besar, adalah
ide yang bagus untuk menghindari
mengirimkan email yang terlalu memalukan atau
mengandung isi neraca pembayaran gaji yang memalukan yang berat sebelah.
Apa Yang Akan Terjadi Nanti?
FBI masih dalam proses
investigasi. Pada masa lalu, para pelaku
kejahatan dari serangan besar selalu berhasil ditangkap.
Sementara itu, para jurnalis akan tetap melanjutkan penelusuran detail dalam dokumen
hasil kebocoran. Informasi dengan jumlah yang besar telah dirilis dan kebanyakan tidak
dianalisa dengan cermat. Mungkin akan ada
lebih banyak data yang datang di masa
mendatang. Kita tidak mengetahui jika point penting yang terkandung masih tersembunyi
dalam tumpukan jerami data.
Sumber : http://www.reopan.com/kasus-hack-peretasan-sony-dan-dampaknya/

Tidak ada komentar:
Posting Komentar